Hosea 13:6
’Ketika mereka makan rumput, maka mereka kenyang; setelah
mereka kenyang, maka hati mereka meninggi.’
Di buku berjudul The Hidden Brain (Otak yang
Tersembunyi), penulis ilmiah Shankar Vedantam menceritakan pengalamannya
berenang ke pantai. Air saat itu tenang dan jernih, dan ia merasa kuat dan
bangga karena dapat menempuh jarak yang jauh dengan mudah. Lalu ia memutuskan
untuk berenang menjauh dari teluk menuju laut lepas. Namun saat berusaha untuk
kembali, ia tak bisa bergerak maju. Ia telah dikecoh oleh arus air. Yang
membuatnya berenang dengan mudah bukanlah kekuatan-nya sendiri melainkan
pergerakan air.
Situasi serupa juga bisa terjadi dalam hubungan kita
dengan Allah. “Mengikuti arus” bisa mengecoh hingga kita merasa lebih kuat
daripada keadaan kita yang sebenarnya. Ketika hidup berjalan lancar, kita
berpikir itu karena kekuatan kita sendiri. Kita menjadi sombong dan tinggi
hati. Namun pada saat masalah-masalah menimpa, kita baru menyadari betapa
kecilnya kekuatan kita dan betapa tidak berdayanya diri kita.
Itulah pengalaman bangsa Israel. Allah telah
memberkati mereka dengan kemenangan, kedamaian dan kemakmuran. Namun jika
mereka pikir semua itu diraih dengan kekuatan mereka sendiri, mereka menjadi
sombong dan merasa tak membutuhkan siapa pun (Ul. 8:11-12). Karena merasa tak lagi
memerlukan Allah, mereka menempuh jalan mereka sendiri, sampai akhirnya musuh
menyerang barulah mereka sadar bahwa tanpa pertolongan Allah, mereka tidak
berdaya sama sekali.
Saat hidup berjalan mulus, kita juga perlu waspada
agar tidak terkecoh. Kesombongan akan menjerumuskan kita. Hanya kerendahan hati
yang membuat kita mempunyai sikap yang sepatutnya—bersyukur kepada Allah dan
bergantung pada kekuatan-Nya.
Tuhan, kami tak berani mengandalkan kekuatan sendiri
untuk tugas kami hari ini. Engkau yang memberi kami talenta dan kesempatan.
Tolonglah agar kami memakai semua itu bukan demi kami sendiri, tetapi untuk
menolong orang lain.
Kerendahan hati yang sejati berarti mengakui Allah
sebagai sumber setiap keberhasilan.
Sumber : Julie Ackerman
Link
(santapanrohani.org)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar