Kisah Para Rasul
15:35-41
Tuhan
itu panjang sabar, kasih setiaNya tidak berkesudahan. Ia senantiasa menanti pertobatan dari
anak-anakNya. Ia tetap mengampuni dosa
setiap umatNya yang bersedia hidup benar, berbalik dari perbuatannya yang
jahat. Ia berfirman, “Sekalipun dosamu
merah seperti Kirmizi, akan menjadi putih seperti salju ; sekalipun berwarna
merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba (Yesaya
1:16). Tuhan menghendaki umat untuk
meneladani sikapNya tersebut. Panjang
sabar, penuh kasih setia dan pengampunan.
Pada
umumnya orang akan menjadi kecewa ketika kepercayaan yang telah diberikannya
tidak dijalankan dengan baik. Akibatnya,
Ia tidak akan bersedia untuk memberikan kesempatan yang lainnya kepada orang
yang telah mengecewakan itu. Di lain
pihak ada orang yang memberi kesempatan hingga tiga kali. Maksudnya ketika tiga kesempatan yang
diberikan tidak di jalankan dengan baik maka Ia akan sama sekali tidak akan
memberikan kesempatan berikutnya pada orang yang sama yang telah mengecewakannya
tersebut.
Rasul
Paulus mengalami kekecewaan terhadap Yohanes Markus. Karena pada perjalanan pelayanannya yang
pertama Yohanes Markus membelot. Ketika
sampai di kota Pamfilia Yohanes Markus bersikeras untuk kembali ke Yerusalem,
kembali ke rumah, ke tempat tinggal
orang tuanya. Rasul Paulus sangat kecewa
karena dengan demikian telah mengganggu segala perencanaan pelayanan yang telah
lama disusun bersama dengan rekan-rekannya.
Oleh karena itu Ia dengan tegas melarang team pelayanannya untuk
mengajak kembali Yohanes Markus untuk terlibat dalam perjalanan pelayanan
Paulus yang kedua. Paulus mungkin
berpikir bahwa Yohanes Markus akan membuat ulah yang sama ketika diikutsertakan
dalam perjalanan pelayanan selanjutnya.
Berbeda
dengan sikap Barnabas, rekan sekerja Paulus.
Sebagai manusia biasa tentunya Dia juga merasa kecewa dengan perilaku
Yohanes Markus di masa lalu yang kurang bertanggungjawab. Namun Barnabas lebih bisa memahami perkembangan jiwa dari Yohanes Markus yang
masih labil karena usianya yang masih muda.
Di mata Barnabas nampaknya Yohanes Markus merupakan pribadi yang masih
bisa di bentuk menjadi lebih baik. Ia
berpendapat bahwa Yohanes Markus membutuhkan seorang mentor rohani yang sabar
dan dengan setia mendampingi, mengajar, melatih dan mengarahkan kepada jalan
kebenaran. Dengan pandangan seperti itu
maka Barnabas mempunyai komitmen dan keteguhan hati untuk membawa serta Yohanes
Markus dalam perjalanan pelayanan yang kedua ini.
Sikap
yang di ambil oleh Barnabas ini tepat.
Di kemudian hari Yohanes Markus menjadi murid Kristus yang setia. Dialah orang yang menulis Injil Markus, Injil yang paling tua diantara ketiga Injil
lainnya yang terdapat dalam Perjanjian Baru. Seandainya dahulu tidak ada yang bersedia
mementori Yohanes Markus maka ceritanya akan lain. Yohanes Markus akan berkembang ke arah yang
negatif dan tidak bisa menjadi kesaksian yang baik bagi perbuatan-perbuatan
besar ALLAH.
Dalam
kehidupan sehari-hari, terutama sebagai kaum wanita, Entah dalam fungsinya
sebagai ibu ataupun Istri, tentunya sering menghadapi persoalan dalam mendidik
keluarga. Sebagai Ibu berperan mendidik
anak-anak dan sebagai istri mendampingi dan mengarahkan suami untuk hidup benar
di hadapan Tuhan. Kadangkala tugas
tersebut terasa sangat berat. Manakala
kenyataan yang dihadapi adalah Sikap anak yang memberontak, hidup menurut
kesenangannya sendiri, tidak bertanggungjawab, dan terjatuh pada pergaulan yang
tidak baik. Demikian juga dengan suami
yang mungkin masih terikat dengan kebiasaan-kebiasaan duniawi entah itu judi,
minum-minuman keras, main perempuan dan lain sebagainya. Lalu apa yang harus di lakukan agar para kaum
wanita bisa terus menjalankan fungsinya tersebut ?
Mempunyai Keyakinan
Iman dan Pengharapan Yang Kuat
Keyakinan
Iman dan pengharapan yang kuat kepada Tuhan yang Mahakuasa yang senantiasa
menyertai menjadi kunci utama untuk tetap bertahan dengan sabar dalam mendidik
keluarga. Saya yakin Barnabas mempunyai
keyakinan iman yang kuat bahwa Tuhan akan menolong untuk mendidik Yohanes
Markus. Tuhan akan menyertai perjuangan
dalam mendidik keluarga. Sama seperti
Tuhan juga menyertai Yosua dalam perjuangan menaklukkan musuh, “Kuatkan dan
teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu,
menyertai Engkau, ke mana pun Engkau pergi,”(Yos.1:9). Maka kuatkan dan teguhkanlah hatimu, para
wanita. Jangan kecut dan tawar hati,
sebab Allahmu menyertai Engkau dalam mendidik dan mengarahkan keluargamu. Tuhan akan membuat berhasil segala jerih
payah dalam mendidik keluarga. Tuhan
akan memberikan kemenangan, Tuhan akan memberikan kesuksesan.
Namun
harus dimengerti juga bahwa pertobatan adalah sebuah proses. Orang bertobat
seringkali membutuhkan waktu. Seringkali
tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan. Bahkan kerap terjadi sudah bertobat lalu kena
angin pencobaan selanjutnya jatuh lagi.
Seorang Ibu atau Istri harus benar-benar dapat memfungsikan perannya
sebagai seorang penolong. Dengan sabar
mengangkat anggota keluarga yang jatuh.
Kemudian membimbingnya untuk berjalan lagi seturut dengan kehendak
Tuhan.
Pertobatan
juga merupakan buah Roh Kudus sehingga para kaum wanita tidak perlu stress,
atau merasa gagal dalam mendidik oleh karena belum melihat perkembangan yang
baik. Kita harus mempunyai keyakinan iman bahwa Tuhan mempunyai waktuNya
sendiri untuk bertindak. Tuhan tidak
akan pernah melupakan anakNya yang setia berpengharapan kepadaNya.
Berpikir Positif
Berpikir
positif adalah satu kekuatan bagi para ibu untuk dapat tekun dalam mendidik
keluarganya. Meskipun beban persoalan
yang ditanggungnya sangat berat namun berpikir positif akan mampu mendorong
para ibu dengan sabar dan tekun untuk tetap menjaga hubungan yang baik dengan
seluruh anggota keluarga. Ada sebuah
ilustrasi yang menarik untuk memahami hal ini.
Seorang Istri sedang diwawancarai berkaitan dengan ketahanannya dalam
membina rumah tangga bersama dengan seorang suami yang mempunyai prilaku yang
buruk.
Wartawan : Kalau boleh tahu bagaimana ibu sebagai
seorang Istri menggambarkan kejelekan suami Ibu ?
Istri : Wah kejelekan suami saya seperti bintang di
langit, maksudnya sangat banyak sekali.
Wartawan : Lalu bagaimana dengan kebaikannya ?
Istri : Kebaikannya
seperti matahari, Sedikit sekali...
Wartawan : Lho.....lalu bagaimana ibu bisa membangun
rumah tangga bersama suami puluhan tahun hingga sekarang ini ?
Istri : Ya...Meskipun kebaikannya satu
seperti matahari dan kejelekannya banyak seperti bintang di langit, namun
manakala matahari terbit semua bintang-bintang itu lenyap tidak keliatan.
Ilustrasi ini memperlihatkan
bahwa sang Istri bisa terus sabar membangun rumah tangganya karena Ia
senantiasa berpikir positif. Ia lebih
fokus melihat kebaikan suaminya daripada melihat kekurangannya. Berpikir positif membuat hati tetap sukacita
meskipun dalam kondisi yang tidak menguntungkan. Berpikir positif membantu kita dengan sabar
dan tekun mendidik keluarga dengan kasih Kristus.
Senantiasa
Berdoa
Doa
adalah salah satu perwujudan pengharapan kita kepada Tuhan. Dengan berdoa kita menyerahkan beban hidup
yang berat kepada Tuhan. Doa merupakan sarana
bagi kita untuk berbicara dan mencurahkan perasaan hati kita kepada Tuhan. Sehingga segala kesesakan dalam hati dapat dicurahkan. Maka senantiasalah berdoa seperti nasehat
Paulus kepada jemaat di Efesus, “Lakukanlah semuanya itu sambil berdoa untuk
minta pertolongan dari Allah. Pada setiap kesempatan, berdoalah sebagaimana Roh
Allah memimpin kalian. Hendaklah kalian selalu siaga dan jangan menyerah.
Berdoalah selalu untuk semua umat Allah” ( Efesus 6:18, Versi alkitab Bahasa
Indonesia Sehari-hari). Berdoalah terus
menerus dengan tekun untuk pertobatan anggota keluarga kita. Berdoalah senantiasa setiap hari. Berdoalah mohon hikmat dan mohon kehendak
Tuhan yang memimpin hidup kita dalam mendidik keluarga. Maka
Tuhan akan memberikan hikmatNya atau
caraNya untuk menuntun dalam hidup benar.
Rasul
Yakobus menulis bahwa doa orang benar jika yakin di doakan besar kuasanya
(Yak.5:16). Firman Tuhan ini harus
diterima dengan penuh iman. Tuhan mendengar doa orang yang hidupnya dalam
kebenaran. Tuhan memberikan prioritas
utama kepada orang benar. Orang yang
hidupnya takut akan Tuhan, menjalankan kehendak Tuhan dalam kehidupan
sehari-hari. Jadi kitapun sebagai istri
yang mendidik dalam pertobatan terlebih dulu harus hidup bertobat. Hidup benar di hadapan Tuhan. Jikalau hal itu dapat dilakukan maka
nikmatilah janji Tuhan bahwa Doa orang benar itu sungguh besar kuasanya. Apa
yang didoakan akan mendapatkan jawaban yang baik dari Tuhan.
Berdoa Bahkan
Dengan Berpuasa
Perlu
disadari bahwa upaya mendidik anggota keluarga dalam pertobatan merupakan
perjuangan melawan roh-roh jahat di udara, melawan penghulu-penghulu kuasa
kegelapan (Efesus 6:12). Dalam
perspektif rohani, salah satu penyebab orang susah bertobat adalah karena ia
diikat oleh roh jahat. Roh-roh jahat
tersebut tidak menyukai apabila seseorang bertobat dan berbalik kepada
Tuhan. Mereka akan berjuang sedemikian
rupa untuk menggodai dan mencobai orang untuk jatuh dalam dosa. Setelah orang itu jatuh, roh jahat mencoba
mengikatnya supaya orang tersebut tidak mau bertobat. Oleh karena itu melayani pertobatan seseorang
tidak bisa tidak harus melakukan peperangan rohani. Mematahkan belenggu roh jahat atas orang yang
kita layani tersebut.
Tuhan
Yesus mengajar kepada para murid yang gagal dalam mengusir roh setan dari tubuh
seseorang, “Jenis ini tidak dapat di usir kecuali dengan berdoa dan berpuasa”
(Mat.17:21). Dari pernyataan itu
memperlihatkan bahwa ada jenis-jenis roh yang memang sangat kuat. Sehingga harus di lawan dengan berdoa
sekaligus berpuasa. Dengan berpuasa
orang lebih khusuk mendekatkan diri
dengan Tuhan. Puasa sendiri lambang
perendahan diri dan kepasrahan total kepada Tuhan. Doa dan puasa sangat besar kuasanya.
Seorang
Istri sangat bersyukur mengungkapkan kesaksiannya suatu kali di sebuah
gereja. Ia mengucap syukur jikalau pada
saat ini bisa bersama-sama suaminya melayani Tuhan dengan menyaksikan
pekerjaan-pekerjaan besar Allah. Padahal
sebelumnya Dia terus menanti dan mendoakan dengan setia pertobatan suaminya
selama kurang lebih 17 tahun. Suaminya
yang lama adalah seorang penjudi suka maen perempuan dan sebagainya. Namun sang Istri tetap setia, hanya bertelut
pada Tuhan, dan Tuhan memberikan kekuatan ekstra kepadanya untuk bertahan dalam
rumah tangganya tersebut. Selanjutnya Tuhan menunjukkan kasih setianya. Suaminya bertobat, rumah tangganya
diperbaharui. Setelah belasan tahun Ia
merasakan seperti baru saja menikah, menjalani kembali suasana seperti bulan
madu. Oh Tuhan memang luar biasa.
IFW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar