Kamis, 09 Juli 2015

Menuntun Hidup Benar Dengan Kesabaran

Kisah Para Rasul 15:35-41
 
Tuhan itu panjang sabar, kasih setiaNya tidak berkesudahan.  Ia senantiasa menanti pertobatan dari anak-anakNya.  Ia tetap mengampuni dosa setiap umatNya yang bersedia hidup benar, berbalik dari perbuatannya yang jahat.  Ia berfirman, “Sekalipun dosamu merah seperti Kirmizi, akan menjadi putih seperti salju ; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba (Yesaya 1:16).  Tuhan menghendaki umat untuk meneladani sikapNya tersebut.  Panjang sabar, penuh kasih setia dan pengampunan.


Pada umumnya orang akan menjadi kecewa ketika kepercayaan yang telah diberikannya tidak dijalankan dengan baik.  Akibatnya, Ia tidak akan bersedia untuk memberikan kesempatan yang lainnya kepada orang yang telah mengecewakan itu.  Di lain pihak ada orang yang memberi kesempatan hingga tiga kali.  Maksudnya ketika tiga kesempatan yang diberikan tidak di jalankan dengan baik maka Ia akan sama sekali tidak akan memberikan kesempatan berikutnya pada orang yang sama yang telah mengecewakannya tersebut.
     
 Rasul Paulus mengalami kekecewaan terhadap Yohanes Markus.  Karena pada perjalanan pelayanannya yang pertama Yohanes Markus membelot.  Ketika sampai di kota Pamfilia Yohanes Markus bersikeras untuk kembali ke Yerusalem, kembali ke rumah, ke  tempat tinggal orang tuanya.  Rasul Paulus sangat kecewa karena dengan demikian telah mengganggu segala perencanaan pelayanan yang telah lama disusun bersama dengan rekan-rekannya.  Oleh karena itu Ia dengan tegas melarang team pelayanannya untuk mengajak kembali Yohanes Markus untuk terlibat dalam perjalanan pelayanan Paulus yang kedua.  Paulus mungkin berpikir bahwa Yohanes Markus akan membuat ulah yang sama ketika diikutsertakan dalam perjalanan pelayanan selanjutnya.

Berbeda dengan sikap Barnabas, rekan sekerja Paulus.  Sebagai manusia biasa tentunya Dia juga merasa kecewa dengan perilaku Yohanes Markus di masa lalu yang kurang bertanggungjawab.  Namun Barnabas lebih bisa memahami  perkembangan jiwa dari Yohanes Markus yang masih labil karena usianya yang masih muda.  Di mata Barnabas nampaknya Yohanes Markus merupakan pribadi yang masih bisa di bentuk menjadi lebih baik.   Ia berpendapat bahwa Yohanes Markus membutuhkan seorang mentor rohani yang sabar dan dengan setia mendampingi, mengajar, melatih dan mengarahkan kepada jalan kebenaran.  Dengan pandangan seperti itu maka Barnabas mempunyai komitmen dan keteguhan hati untuk membawa serta Yohanes Markus dalam perjalanan pelayanan yang kedua ini.

Sikap yang di ambil oleh Barnabas ini tepat.  Di kemudian hari Yohanes Markus menjadi murid Kristus yang setia.  Dialah orang yang menulis Injil Markus,  Injil yang paling tua diantara ketiga Injil lainnya yang terdapat dalam Perjanjian Baru.  Seandainya dahulu tidak ada yang bersedia mementori Yohanes Markus maka ceritanya akan lain.  Yohanes Markus akan berkembang ke arah yang negatif dan tidak bisa menjadi kesaksian yang baik bagi perbuatan-perbuatan besar ALLAH.

Dalam kehidupan sehari-hari, terutama sebagai kaum wanita, Entah dalam fungsinya sebagai ibu ataupun Istri, tentunya sering menghadapi persoalan dalam mendidik keluarga.  Sebagai Ibu berperan mendidik anak-anak dan sebagai istri mendampingi dan mengarahkan suami untuk hidup benar di hadapan Tuhan.  Kadangkala tugas tersebut terasa sangat berat.  Manakala kenyataan yang dihadapi adalah Sikap anak yang memberontak, hidup menurut kesenangannya sendiri, tidak bertanggungjawab, dan terjatuh pada pergaulan yang tidak baik.  Demikian juga dengan suami yang mungkin masih terikat dengan kebiasaan-kebiasaan duniawi entah itu judi, minum-minuman keras, main perempuan dan lain sebagainya.  Lalu apa yang harus di lakukan agar para kaum wanita bisa terus menjalankan fungsinya tersebut ?

Mempunyai Keyakinan Iman dan Pengharapan Yang Kuat
Keyakinan Iman dan pengharapan yang kuat kepada Tuhan yang Mahakuasa yang senantiasa menyertai menjadi kunci utama untuk tetap bertahan dengan sabar dalam mendidik keluarga.  Saya yakin Barnabas mempunyai keyakinan iman yang kuat bahwa Tuhan akan menolong untuk mendidik Yohanes Markus.  Tuhan akan menyertai perjuangan dalam mendidik keluarga.  Sama seperti Tuhan juga menyertai Yosua dalam perjuangan menaklukkan musuh, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai Engkau, ke mana pun Engkau pergi,”(Yos.1:9).  Maka kuatkan dan teguhkanlah hatimu, para wanita.  Jangan kecut dan tawar hati, sebab Allahmu menyertai Engkau dalam mendidik dan mengarahkan keluargamu.  Tuhan akan membuat berhasil segala jerih payah dalam mendidik keluarga.  Tuhan akan memberikan kemenangan, Tuhan akan memberikan kesuksesan.

Namun harus dimengerti juga bahwa pertobatan adalah sebuah proses. Orang bertobat seringkali membutuhkan waktu.  Seringkali tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan.  Bahkan kerap terjadi sudah bertobat lalu kena angin pencobaan selanjutnya jatuh lagi.  Seorang Ibu atau Istri harus benar-benar dapat memfungsikan perannya sebagai seorang penolong.  Dengan sabar mengangkat anggota keluarga yang jatuh.  Kemudian membimbingnya untuk berjalan lagi seturut dengan kehendak Tuhan. 

Pertobatan juga merupakan buah Roh Kudus sehingga para kaum wanita tidak perlu stress, atau merasa gagal dalam mendidik oleh karena belum melihat perkembangan yang baik. Kita harus mempunyai keyakinan iman bahwa Tuhan mempunyai waktuNya sendiri untuk bertindak.  Tuhan tidak akan pernah melupakan anakNya yang setia berpengharapan kepadaNya.

Berpikir Positif
Berpikir positif adalah satu kekuatan bagi para ibu untuk dapat tekun dalam mendidik keluarganya.  Meskipun beban persoalan yang ditanggungnya sangat berat namun berpikir positif akan mampu mendorong para ibu dengan sabar dan tekun untuk tetap menjaga hubungan yang baik dengan seluruh anggota keluarga.  Ada sebuah ilustrasi yang menarik untuk memahami hal ini.  Seorang Istri sedang diwawancarai berkaitan dengan ketahanannya dalam membina rumah tangga bersama dengan seorang suami yang mempunyai prilaku yang buruk.
Wartawan   : Kalau boleh tahu bagaimana ibu sebagai seorang Istri menggambarkan kejelekan suami Ibu ?
Istri             : Wah kejelekan suami saya seperti bintang di langit,  maksudnya sangat banyak sekali.
Wartawan   : Lalu bagaimana dengan kebaikannya ?
Istri             :  Kebaikannya seperti matahari,  Sedikit sekali...
Wartawan   : Lho.....lalu bagaimana ibu bisa membangun rumah tangga bersama suami puluhan tahun hingga sekarang ini ?
Istri             : Ya...Meskipun kebaikannya satu seperti matahari dan kejelekannya banyak seperti bintang di langit, namun manakala matahari terbit semua bintang-bintang itu lenyap tidak keliatan.
Ilustrasi ini memperlihatkan bahwa sang Istri bisa terus sabar membangun rumah tangganya karena Ia senantiasa berpikir positif.  Ia lebih fokus melihat kebaikan suaminya daripada melihat kekurangannya.  Berpikir positif membuat hati tetap sukacita meskipun dalam kondisi yang tidak menguntungkan.  Berpikir positif membantu kita dengan sabar dan tekun mendidik keluarga dengan kasih Kristus.

Senantiasa Berdoa
Doa adalah salah satu perwujudan pengharapan kita kepada Tuhan.  Dengan berdoa kita menyerahkan beban hidup yang berat kepada Tuhan.  Doa merupakan sarana bagi kita untuk berbicara dan mencurahkan perasaan hati kita kepada Tuhan.  Sehingga segala kesesakan dalam hati dapat dicurahkan.  Maka senantiasalah berdoa seperti nasehat Paulus kepada jemaat di Efesus, “Lakukanlah semuanya itu sambil berdoa untuk minta pertolongan dari Allah. Pada setiap kesempatan, berdoalah sebagaimana Roh Allah memimpin kalian. Hendaklah kalian selalu siaga dan jangan menyerah. Berdoalah selalu untuk semua umat Allah” ( Efesus 6:18, Versi alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari).  Berdoalah terus menerus dengan tekun untuk pertobatan anggota keluarga kita.  Berdoalah senantiasa setiap hari.  Berdoalah mohon hikmat dan mohon kehendak Tuhan yang memimpin hidup kita dalam mendidik keluarga.  Maka  Tuhan akan memberikan hikmatNya atau  caraNya untuk menuntun dalam hidup benar. 

Rasul Yakobus menulis bahwa doa orang benar jika yakin di doakan besar kuasanya (Yak.5:16).  Firman Tuhan ini harus diterima dengan penuh iman. Tuhan mendengar doa orang yang hidupnya dalam kebenaran.  Tuhan memberikan prioritas utama kepada orang benar.  Orang yang hidupnya takut akan Tuhan, menjalankan kehendak Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.  Jadi kitapun sebagai istri yang mendidik dalam pertobatan terlebih dulu harus hidup bertobat.  Hidup benar di hadapan Tuhan.  Jikalau hal itu dapat dilakukan maka nikmatilah janji Tuhan bahwa Doa orang benar itu sungguh besar kuasanya. Apa yang didoakan akan mendapatkan jawaban yang baik dari Tuhan.

Berdoa Bahkan Dengan Berpuasa
Perlu disadari bahwa upaya mendidik anggota keluarga dalam pertobatan merupakan perjuangan melawan roh-roh jahat di udara, melawan penghulu-penghulu kuasa kegelapan (Efesus 6:12).  Dalam perspektif rohani, salah satu penyebab orang susah bertobat adalah karena ia diikat oleh roh jahat.  Roh-roh jahat tersebut tidak menyukai apabila seseorang bertobat dan berbalik kepada Tuhan.  Mereka akan berjuang sedemikian rupa untuk menggodai dan mencobai orang untuk jatuh dalam dosa.  Setelah orang itu jatuh, roh jahat mencoba mengikatnya supaya orang tersebut tidak mau bertobat.  Oleh karena itu melayani pertobatan seseorang tidak bisa tidak harus melakukan peperangan rohani.  Mematahkan belenggu roh jahat atas orang yang kita layani tersebut.
Tuhan Yesus mengajar kepada para murid yang gagal dalam mengusir roh setan dari tubuh seseorang, “Jenis ini tidak dapat di usir kecuali dengan berdoa dan berpuasa” (Mat.17:21).  Dari pernyataan itu memperlihatkan bahwa ada jenis-jenis roh yang memang sangat kuat.  Sehingga harus di lawan dengan berdoa sekaligus berpuasa.  Dengan berpuasa orang lebih khusuk  mendekatkan diri dengan Tuhan.  Puasa sendiri lambang perendahan diri dan kepasrahan total kepada Tuhan.  Doa dan puasa sangat besar kuasanya.

Seorang Istri sangat bersyukur mengungkapkan kesaksiannya suatu kali di sebuah gereja.  Ia mengucap syukur jikalau pada saat ini bisa bersama-sama suaminya melayani Tuhan dengan menyaksikan pekerjaan-pekerjaan besar Allah.  Padahal sebelumnya Dia terus menanti dan mendoakan dengan setia pertobatan suaminya selama kurang lebih 17 tahun.  Suaminya yang lama adalah seorang penjudi suka maen perempuan dan sebagainya.  Namun sang Istri tetap setia, hanya bertelut pada Tuhan, dan Tuhan memberikan kekuatan ekstra kepadanya untuk bertahan dalam rumah tangganya tersebut. Selanjutnya Tuhan menunjukkan kasih setianya.  Suaminya bertobat, rumah tangganya diperbaharui.  Setelah belasan tahun Ia merasakan seperti baru saja menikah, menjalani kembali suasana seperti bulan madu.  Oh Tuhan memang luar biasa.  
IFW
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar